Dream…(part.2)

Dream…(part.2)

By. Aechan Kim

Rate: M

Genre: Romance

Cast: Han Geng, Kim Ryeowook a.k.a Li Xu n Oc

Warning: Lemon inside..

~~happyreading~~

Angin membuat ribuan rumpun bambu itu berbunyi manis. Seolah menyajikan musik alam yang paling merdu. Han berdiri di sana, di antara rimbunan bambu. Berjalan pelan sambil menengadah. Menikmati keindahan hijau yang mengingatkannya pada kampung halamannya di Mudanjiang.

Sinar matahari yang redup terasa begitu ramah. Perlahan pandangan Han terfokus ke depan. Ke arah jalan setapak yang entah kenapa terasa begitu panjang.

Bayangan sesorang yang tampak samar itu begitu menggelitik rasa ingin tahunya. Menggoda Han untuk mempercepat langkahnya. Dari berjalan cepat hingga berubah menjadi lari secepat yang bisa dia lakukan. Namun sayang, ujung jalan itu justru semakin terasa jauh dan panjang.

Han berhenti berlari. Terengah-engah mencoba mengatur nafasnya. Walaupun tak begitu jelas, dia sangat yakin, jika yang berada di ujung jalan adalah gadis itu. Suara tawa itu adalah suara tawa yang sama dengan yang sering dia dengar.

Pria itu berlari kembali. Tetapi, ujung jalan itu semakin menjauh, tawa yang terdengar pun tak sekencang tadi.

Pemandangan indah rumpun bambu mulai menghilang, tergantikan dengan kegelapan. Pria itu hanya mampu menatap bingung, saat dirinya seperti terjebak dalam ruang kosong.

‘Kau…dimana…?’
.
.
.
.
.
.
.
.

Han membuka matanya. Bulir-bulir keringat memenuhi wajah dan tubuhnya.

“Sir..are you okay..?”

“Yess…I’m fine…thank you…”

Pramugari itu mengangguk, meninggalkan Han sendiri.

Pria itu mengusap wajahnya kasar. Merutuk dalam hati, kenapa dia selalu terbangun dalam keadaan menyedihkan setelah mengalami mimpi itu. Mimpi yang terus menerus hadir di malam-malamnya. Semakin menggila ketika mendekati keberangkatannya ke Paris.

Ada apa ini…? Apa yang sebenarnya menunggunya di Paris…? Apakah mungkin…?

Pertanyaan pertanyaan itu terus bermunculan dalam otaknya, hingga dia kembali terlelap dalam damainya mimpi. Sementara Korea Airlines yang di tumpanginya membelah langit Asia ke Eropa.
.
.
.
.
.
.
.
.

Senja yang cantik seperti biasanya di kota Paris. Aston Martin putih series terbaru itu meluncur manis di jalanan Eropa. Sesekali Han memandang langit yang di penuhi semburat merah. Di tambah visual pohon-pohon tanpa daun yang membuat kota ini bagai kota fiktif dalam lukisan.

Pandangannya yang masih tertuju keluar menangkap sesuatu yang menarik. Sedang berjalan santai di pedestrian dengan mantel coklatnya.

Tunggu.. bukankah….

Han menatap obyek menarik itu hingga hilang dari pandangan. Menghela nafas panjang dan mengatakan pada dirinya sendiri jika mungkin dia yang terlalu terobsesi hingga melihat khayalannya di dunia nyata.

Mobil mewah itu berhenti di depan sebuah gedung beberapa lantai yang terlihat mewah, elegant, sekaligus menarik perhatian. Tulisan GG Mall besar ada di bagian atas, berkilat-kilat tertimpa cahaya senja. Membuat Han menyeringai senang.

Tuan Zhao menjemput Han di lobby, saling memberi salam dan sebuah tepukan hangat di bahu Han seperti biasa. Mereka berjalan berdampingan, menjelajah seluruh area mall. Sesekali bercakap-cakap dengan senyum lebar di wajah masing-masing.

Han memasang wajah simpatiknya dengan senyum hangat yang mampu melelehkan salju jika itu ada. Yeah… walaupun dia tetap merasa ada yang tidak beres dengan dirinya.

Sejak tadi, oh bahkan sejak dia baru menginjakkan kaki di Incheon, dadanya tak berhenti berdesir, dan kini semakin menjadi ketika dia menginjak tanah Paris.

Ada apa..?

Kenapa…?

‘Tuhan…bisakah kau memberiku petunjuk apa saja…’
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kerlip indah Paris yang bagai cermin langit di atas sana, begitu indah dan melenakan. Tapi itu semua sama sekali tak membawa pengaruh apapun pada Han Geng. Well…. walaupun saat ini pria itu tengah menatap hamparan kerlip itu dari kamar hotelnya, tapi dinding tipis yang memagari hatinya membuatnya tak mampu meresap dalam pemandangan di hadapannya.

Sebelum dirinya akan mati bosan, Han memutuskan berjalan-jalan sejenak. Mengabaikan sekretaris Cha yang mulai menceramahinya tentang memakai syal dan mantel untuk menahan dingin.

Astagaa….dia bukan lagi bocah 7 tahun yang perlu diingatkan tentang hal-hal seperti itu.

Kaki panjangnya menyusuri tepian Sungai Seine yang serupa dengan Sungai Han di Korea. Sesekali merapatkan syal dan mantelnya, berusaha menghalau dinginnya Prancis yang menggigit tulang.

Pria itu menghentikan langkahnya, terpaku menatap Seine yang berkilau membiaskan pijar lampu-lampu jalan dan gedung.

Hingga suara tawa seseorang membuatnya terkesiap kaget. Menolehkan kepalanya, mencoba mencari sumber suara.

Tawa itu terdengar lagi, kali ini dengan langkah kaki yang berderap semakin mendekat.

Han berusaha keras memicingkan matanya. Ingin menangkap wajah si pemilik suara meski hanya sekejap.

Kakinya mulai bergerak gelisah, tak sabar. Merutuki jarak 10 langkah yang terasa begitu jauh.

Detak terdiam itu kembali berulah.

Tawa ini…tak asing…

Si pemilik tawa merdu itu tertangkap mata tipisnya. Semakin jelas dan lebih jelas lagi hingga mereka benar-benar berhadapan.

Ekspresi terkejut dan tak percaya tergambar jelas di wajah Han. Yang sedang di tatapnya saat ini adalah sosok yang telah begitu lama mengganggu hidupnya. Si pemilik bulan sabit yang selalu menghiasi mimpi indahnya. Seseorang yang membuatnya rela menghabiskan lebih banyak waktu untuk berfantasi seorang diri.

Bisakah jika dia menyebut ini sebagai pertemanan ajaib yang terjadi begitu singkat…?

Sesingkat hembusan angin dingin Paris, yang justru memberi efek yang berbeda bagi diri Han. Rasa hangat yang menjalari tubuhnya mungkin mampu membuatnya bertahan melawan hawa dingin Paris walaupun tanpa syal sekalipun. Bibir tipisnya mengulas senyum samar yang mungkin tak pernah dia tunjukkan untuk orang lain. Senyum yang kali ini berbeda dengan senyum tak simpatik palsu yang sering menghiasi wajahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bagi Meihui malam ini sama seperti ribuan malam lain yang dia alami di Paris. Malam indah walaupun angin begitu menusuk dan mungkin bisa membuat siapapun berfikir dua kali untuk keluar rumah.

Tapi, pengecualian bagi dirinya. Gadis itu tengah berjalan bersama sahabatnya di sepanjang tepian Seine. Seingatnya, dia selalu suka menatap Seine baik siang ataupun malam.

Disisinya, Emily, sahabatnya, tengah asyik berceloteh riang, menceritakan hal-hal lucu yang membuat Meihui tak berhenti tertawa.

Kegiatan menyenangkan mereka sedikit terhenti saat secara tak sengaja, mata bulan sabitnya bertemu dengan mata seorang pria. Biasanya Mei akan menganggap hal itu seperti kebetulan belaka jika si pria tak menatapnya begitu dalam.

Well…walau hanya terjadi beberapa menit, tapi tetap saja hal itu memunculkan tanya di hati Mei.

Dia tak lagi bisa berkonsentrasi pada apapun yang dikatakan Emily. Angan dan ingatannya tertuju pada pria itu.

Entah kenapa, dia bisa menangkap ekspresi terkejut yang terlihat jelas, juga sedikit semburat merah di wajah pria itu.

‘Apa ada yang aneh dengan wajahku..?’

‘Kenapa pria tadi menatapku seperti itu….?’

Berbagai pertanyaan terus bermunculan dalam benaknya. Membuat Mei semakin penasaran.

Siapa…apa..dan kenapa…?

Ah…mungkin akan ada saatnya nanti dia akan tahu siapa pria itu…

Dan entah kenapa Meihui yakin jika pertemuan mereka ini, bukan yang terakhir….
.
.
.
.
.
.
.
.

Han kembali ke tempatnya menginap dengan perasaan berbanding terbalik dengan kepergiannya tadi.

“Apa yang terjadi pada Boss…? Tak biasanya dia bertingkah seperti itu…?”

“Mungkin Boss baru saja mendapatkan sesuatu yang menarik…”

Sekretaris Cha dan Paman Jang masih sibuk berspekulasi tentang apa yang terjadi pada atasan mereka itu.

Well… wajar jika mereka seperti itu, mengingat Presdir mereka itu tak pernah sekalipun melangkah melayang seperti tak menapak tanah.

Bukannya tak tahu jika dia tengah menjadi obyek pembahasan menarik bagi anak buahnya, tapi Han memang sepenuhnya mengabaikan mereka. Suasana hatinya sedang dalam puncak yang terbaik.

Langkah-langkah kakinya terasa begitu ringan. Sebisa mungkin Han menyembunyikan perasaannya saat ini. Walau wajahnya tentu tak akan bisa menipu siapapun. Rasa bahagia ini bahkan bisa membuatnya meledak saat ini juga.

Dia memang belum tahu apapun tentang gadis itu. Namun yang membuatnya begitu bahagia adalah jika keyakinannya selama ini ternyata benar.

Gadis dalam mimpinya itu adalah sosok nyata. Hidup dan memiliki detak jantung seperti dirinya. Bahkan tawa itu jauh lebih merdu dibandingkan tawa dalam mimpi.

Kini…hanya satu yang harus dia lakukan, Han harus bisa mendapatkan gadis itu. Tak peduli seperti apa dan bagaimanpun caranya, Han Geng harus bisa memenangkan hatinya. Dan tak akan ada kata gagal dalam kamus Han…tak akan pernah….

‘So…my girl in dream…you must be mine…’

******tbc*******

Note:

Pendek..?

Miannn..hanya mampu ngetik sampe sini dulu…salahkan ponsel saya yg tak mau nyala… *pundung…

Buat authornya yg asli…sorry lama updatenyaaaa….

Soo…sampai jumpa di part selanjutnya….paaaiiiii….*lambai-lambai

Eh lupa…

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR DAN MEMBACA ^^

****misshan****

3 respons untuk ‘Dream…(part.2)

  1. Demi apapun yang hidup,

    Ae terharuuuuuuuuuuuuuu~

    Rasanya tak percaya…..

    Sungguhkah Ae menulis seperti ini????

    Sungguhkah????

    Jiejie…….

    Terimakasih banyak…..

    Padahal jiejie sendiri sedang kesulitan….

    Tapi Jiejie tetap mengupdatenya…..

    Maafkan Ae kecil yang merepotkan ini yaaaaaa…..

    Ae akan bekerja keras untuk melanjutkannyaaaaaaa…..

    Terimakasih banyak….

    Terimakasih banyak…….

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar